Kamis, 02 Juli 2015

Ilmu Lingkungan


A.    Definisi Ilmu Lingkungan

Ilmu Lingkungan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia harus menempatkan dirinya dalam ekosistem atau lingkungan hidupnya. Ilmu lingkungan sangat berkaitan dengan perilaku manusia sebagai komponen lingkungan hidup yang paling dominan, sebab manusia senantiasa mengambil, mengolah dan mengembangkan sesuatu yang ada di alam (SDA).
Agar tercapainya keseimbangan lingkungan, maka diperlukan kesadaran manusia agar merasa memiliki dan mencintai segenap makhluk hidup dan alam / lingkungan sebagai tempat hidupnya. Konsep lingkungan cakupannya sangat luas, meliputi segala sesuatu yang berada di sekeliing organisme hidup, termasuk di dalamnya tanah, air, udara, mineral, organisme, manusia dengan perlakuannya mempengaruhi kehidupan manusia itu sendiri serta makhuk hidup lainnya.


B.     Manfaat Ilmu Lingkungan

·         Untuk memahami hubungan manusia dengan lingkungan
·         Mengembangkan etika lingkungan yang digali dari moral manusia
·         Menjadi landasan berfikir dalam perencanaan pembangunan yang memanfaatkan lingkungan hidup dan sumber daya alam
·         Untuk mengetahui dasar-dasar kemampuan untuk melakukan analisis mengenai permasalahan lingkungan


C.     Implementasi Ilmu Lingkungan di Dunia Industri

Ilmu lingkungan pada dasarnya adalah penerapan dari kosmologi dan ekologi manusia, karena sikap dan perilaku kita merupakan taruhan apakah akan mengarah pada kelangsungan hidup dan tercapainya kesejahteraan lahir dan batin.

Implementasi ilmu lingkungan di bidang industri banyak yang harus diperhatikan agar tidak mengganggu lingkungan hidup sekitar.  Misalnya:
·         Penggunaan Material
·         Efisiensi Penggunaan Air Bersih
·         Menjaga Keanekaragaman Hayati
·         Mengendalikan Emisi
·         Pengelolaan Limbah

Lingkungan hidup tidak hanya sekedar udara yang kita hirup, tanah yang kita tanami, huni dan taman untuk bermain. Tapi lingkungan hidup itu menyangkut kualitas kehidupan dan masa depan anak cucu kita.

Tugas Review Jurnal Tema ISO 14001


REVIEW
ANALISA SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN DI PT. JANATA MARINA INDAH SEMARANG BERDASARKAN ISO 14001
Darminto Pujotomo, ST.MT., Agus Yulianto Subekhi
Program Studi Teknik Industri, Universitas Diponegoro
Jl. Prof Sudarto, SH Tembalang-Semarang, Telp.0247460052


Pendahuluan

Permasalahan lingkungan semakin populer pada dekade terakhir ini. Globalisasi di berbagai bidang pada akhir-akhir ini tidak luput dan terkait dengan perkembangan masalah lingkungan. PT.Janata Marina Indah Semarang merupakan salah satu perusahaan swasta nasional Indonesia, dalam bidang produk dan perbaikan kapal, dimana dalam proses produksinya melalui beberapa tahap yang setiap tahapnya dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Untuk melakukan sistem manajemen lingkungan yang baik, maka diperlukan adanya suatu standar yang menjelaskan tentang sistem tersebut.

Munculnya organisasi internasional di bidang standardisasi yaitu ISO (International Organization for Standardization) memberikan peluang tiap perusahaan untuk meningkatkan daya saing perusahaan di kancah global. Dalam komitmennya untuk berpartisipasi memperbaiki lingkungan PT. Janata Marina Indah Semarang berharap nantinya dapat mendaftarkan perusahaannya dalam ISO 14001. Untuk menyelesaikan persoalan tersebut PT. Janata Marina Indah, Semarang perlu menerapkan standar-standar international guna mendukung keberlangsungan perusahaan, yang diantaranya adalah menerapkan sistem manajemen lingkungan yang dikenal dengan istilah ISO 14001.


Metode Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari studi lapangan pendahuluan, identifikasi masalah, perumusan masalah, penentuan tujuan penelitian, kemudian melakukan studi studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka merupakan tahapan penelitian dimana penulis melakukan observasi terhadap literature-literatur yang ada untuk mendapatkan teori-teori yang mendukung pemecahan masalah yang dilakukan. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Checklist. Terdapat 5 prinsip dan 17 elemen pada ISO 14001 dan menghasilkan 31 pertanyaan. Skor yang tinggi di elemen apapun tidak selalu merupakan tanda bahwa kebutuhan dasarnya terpenuhi, jika kriteria inti dalam elemen tidak terpenuhi.


Hasil Analisa

Berdasarkan hasil observasi, total skor yang dihasilkan dari 5 prinsip yang terdapat pada ISO adalah:
  • Prinsip kebijakan dan komitmen. Total skor yang dihasilkan dari prinsip ini adalah sebesar 7. Ini menjelaskan bahwa organisasi ini memiliki kebijakan lingkungan yang memenuhi standar, tetapi tidak semua.
  • Prinsip perencanaan. Total skor yang dihasilkan dari prinsip ini adalah 5. Ini menjelaskan bahwa organisasi ini telah membuat banyak kemajuan dalam mengidentifikasi sebagian besar aspek lingkungan serta persyaratan hukum, tetapi masih banyak perbaikan yang diperlukan.
  • Prinsip penerapan dan operasi. Total skor yang dihasilkan dari prinsip ini adalah sebesar 12. ini menjelaskan bahwa organisasi ini telah memiliki banyak prosedur untuk mencapai kebijakan dan targetnya sudah ada, tetapi mungkin mereka tidak mencakup situasi darurat.
  • Prinsip pemeriksaan dan tindakan koreksi. Total skor yang dihasilkan dari prinsip ini adalah sebesar 2. Ini menjelaskan bahwa organisasi masih sedikit, (jika ada) prosedur telah dikembangkan atau diterapkan untuk memeriksa kinerja SML dan elemen komponennya.
  • Prinsip tinjauan manajemen. Total skor yang dihasilkan dari prinsip ini adalah sebesar 1. Ini menjelaskan bahwa organisasipernah melakukan tinjauan manajemen mengenai SML, akan tetapi tidak ada jadwal berkala untuk mengkaji Sistem Lingkungan yang ada 

Solusi

Sesuai dengan observasi dengan menggunakan checklist, adapun rancangan perbaikan yang harus dilakukan, yaitu:


Prinsip kebijakan dan komitmen.

  • Manajemen puncak sebaiknya dibentuk dan didokumentasikan kebijakan lingkungan yang memenuhi sebagian besar persyaratan standar.
  • Mencegah pencemaran dan mencapai perbaikan berkelanjutan pengembangan prosedur evaluasi kineja lingkungan dan indikator yang terkait

Prinsip perencanaan

  • Perlunya proses identifikasi aspek lingkungan dengan membutuhkan partisipai dan peran serta dalam memahami kegiatan.
  • Penentuan tujuan dan sasaran untuk mencapainnya.

Prinsip Penerapan dan Operasi

  • Mengadakan dam membuat program pelatihan.
  • Menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengendalikan semua dokumen yang dipersyaratkan ISO 14001

Prinsip Pemeriksaan dan Tindakan Koreksi

  • Audit sebaiknya dilakukan pada jangka waktu yang ditentukan. Audit bertujuan untuk menentukan apakah Sistem Manajemen Lingkungan sesuai dengan pengaturan dan perencanaan.

Prinsip Tinjauan Manajemen

  • Sebaiknya organisasi secara berkala meninjau dan melakukan perbaikan SML secara berkelanjutan dengan tujuan memperbaiki kinerja lingkungannya secara keseluruhan.

Kesimpulan dan Saran

Dari hasil analisa data mengenai Sistem Manajemen Lingkungan perusahaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan Sistem Manajemen Lingkungan di PT. Janata Marina Indah Semarang saat ini masih kurang memenuhi persyaratan ISO 14001. Keadaan tersebut bukan merupakan persiapan yang baik dalam hal mendapatkan sertifikasi ISO 14001, oleh karena itu rancangan perbaikan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi untuk mendapatkan sertifikasi ISO 14001.
Kunci sukses untuk mengimplementasikan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) dalam ISO 14001 ini adalah dengan diperlukannya komitmen dan keterlibatan manajemen. Kurangnya pemahaman tentang peran dan tanggungjawab dari manajemen akan menyebabkan system tidak efektif atau komitmen penyempurnaan keberlanjutan tidak terpenuhi dengan baik.

Sumber Referensi Jurnal: puspitadewiwidayat.blogspot.com

Manajemen Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun (B3) Dan Penerapannya di Industri Manufaktur Dalam Rangka Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta Perlindungan Lingkungan



Manajemen atau pengelolaan dan penanganan bahan kimia berbahaya dan beracun atau lebih populer dengan istilah B3 dalam rangka keselamatan dan kesehatan kerja, merupakan aspek yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian. Banyak terjadi kecelakaan dalam industri yang disebabkan karena ketidak-tahuan operator ataupun pekerja dalam mengenali dan menangani B3 tersebut.

Kita sangat perlu mengetahui pengaruh bahaya dan racun dari B3 tersebut. Pengaruh B3 tersebut antara lain: dapat menimbulkan kebakaran, ledakan, keracunan, dan iritasi pada permukaan atau bagian tubuh


Banyak sekali aspek keselamatan yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Dari seluruh aspek tersebut selalu melibatkan tiga komponen yang saling berkaitan yakni manusia, prosedur/metode kerja, dan peralatan/ bahan. Faktor penyebab kecelakaan kerja berdasarkan data yang dikumpulkan oleh sebuah perusahaan perminyakan di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.

Sikap dan tingkah laku pekerja sebagai faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja antara lain karena :
a. Keterbatasan pengetahuan/ keterampilan pekerja.
b. Lalai dan ceroboh dalam bekerja.
c. Tidak melaksanakan prosedur kerja sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
d. Tidak disiplin dalam mentaati peraturan keselamatan kerja termasuk pemakaian alat pelindung diri.


Namun, Mengingat faktor terbesar penyebab kecelakaan kerja adalah faktor manusia, maka usaha untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja perlu diarahkan pada peningkatan pembinaan rasa tanggung jawab, sikap dalam bekerja dan peningkatan pengetahuan tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.


Penerapan pengolahan limbah B3 di Industri dapat dilihat di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia yang melakukan manajemen pengelolaan limbah B3 dengan baik sehingga tidak mencemari lingkungan.


PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pembuatan komponen/perakitan kendaraan bermotor roda empat merk TOYOTA, dan perlengkapan mesin pengolah/pengerjaan logam. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia menghasilkan limbah bersifat berbahaya dan beracun dari kegiatan proses produksi dan berpotensi menjadi pencemar bagi lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.  Limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia adalah sludge IPAL, kerak cat/sludge painting, phosphat sludge, thinner bekas, oli bekas, aki bekas, majun bekas, lampu TL bekas, kemasan bekas B3 (kaleng cat,jerigen, kaleng thinner, drum), abu insinerator, dan limbah poliklinik.


Pengelolaan limbah B3 yang dilakukan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia meliputi:
  1.  Reduksi 
  2.   Pengelolaan Internal
  3.   Pewadahan dan Pengumpulan
  4.  Penyimpanan Sementara
  5.  Label dan simbol
  6. Pengangkutan
  7. Outplant Treatment
  8. Perizinan dan Pengawasan
  9. Pemanfaatan
  10. Biaya


Prinsip utama dalam sistem manajemen B3 meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian yang berupa pengawasan.


Pengadaan B3 perlu perencanaan yang baik dan benar untuk menghindari penumpukan dan penggunaan yang tidak benar yang berpotensi untuk terjadinya kecelakaan. Pengadaan B3 harus disesuaikan dengan kebutuhan terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan, selain itu harus memperhatikan stok yang masih ada. Untuk itu perlu adanya pembuatan kartu stok sebagai kontrol dalam menyusun rencana kebutuhan bahan kimia dan identifikasi status bahan yang masih ada. Selain itu juga dilakukan klasifikasi terhadap bahan yang akan diadakan sehingga dalam pengelolaan maupun penyimpanan dilakukan sesuai persyaratan yang telah ditentukan.


Sumber Referensi:
1.       Puspitadewiwidayat.blogspot.com 
 2.  Jurnal MANAJEMEN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN BERACUN SEBAGAI UPAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN oleh Nur Tri Harjanto, Suliyanto, Endang Sukesi I. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir – BATAN 
3.
  Jurnal PENERAPAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA Oleh Cesar Ray Ratman dan Syafrudin. Alumni Program Studi Teknik Lingkungan FT UNDIP  Program Studi Teknik Lingkungan FT UNDIP, Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang Semarang,